Tulis Tulus

bagaimanapun juga mereka menuliskannya dengan tulus…

Keutamaan Ilmu…

Posted by tulistulus on March 15, 2009

Tidak ada kebanggaan, kecuali bagi orang-orang yang berilmu, karena mereka selalu dalam petunjuk. Bagi orang-orang yang mencari bimbingan dialah pemandu. Nilai seseorang ditentukan oleh kebajikan yang diperbuatnya. Sedang orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi orang-orang yang berilmu.
Kejarlah kemenangan dengan ilmu,niscaya engkau akan hidup selamanya. Manusia itu mati, sedang ahli-ahli ilmu pengetahuan itulah yang hidup sejati. (Ali bin Abi Thalib)

Posted in Hikmah-hikmah pendek | 1 Comment »

Doa

Posted by tulistulus on March 14, 2009

berdoa11Tuhan
aku hanya ingin ketenangan
padamkan gelegak halilintar ini
dan tinggalkan kenangan

Tuhan
aku mohon perlindungan
dalam segala kelemahan
tiada sua bersua asa
debar ini terus ada
dan aku melemah jiwa

Tuhan
aku pinta Engkau
ada dalam setiap jelaga

by: Tanti Yossita,

Posted in sajak-sajak | Leave a Comment »

Seperti Apa Arti Kedewasaan yang Sebenarnya?

Posted by tulistulus on February 6, 2009

Seringkali manusia menghubungkan pertambahan usia dengan kedewasaan, meskipun memang usia tua belum tentu bisa bersikap dewasa. Hingga ada ungkapan, “Tua itu pasti, dewasa itu pilihan.”

Pernah saya membaca sebuah tulisan seorang ustadz yang sering muncul di layar kaca, beliau menuliskan tentang ciri-ciri kedewasaan. Tulis beliau, dewasa adalah diam aktif, tak banyak bicara, tak banyak komentar tapi menyikapi permasalahan dengan bijaksana. Dewasa juga berarti mempunyai empati, senantiasa meluangkan jiwa untuk memikirkan dan memahami perasaan orang lain. Dewasa adalah senantiasa berhati-hati dalam berpendapat, menentukan sikap, menggunakan waktu dan membelanjakan harta . Dewasa adalah sabar, sehingga ia bisa mengendalikan jiwanya dari ledakan emosi dan menenangkan hatinya dari kemarahan tanpa guna. Dewasa adalah bertanggungjawab akan kehidupan yang ia arungi.

Semoga kedewasaan kita tidak terlambat tumbuh. Memang kita tak akan bisa seperti Imam Syafi’i yang telah menguasai berbagai macam ilmu agama saat usianya baru lima belas tahun dan ia pun telah menjadi mufti kota Makkah pada usia itu. Atau seperti Usamah bin Zaid yang memimpin ribuan pasukan, padahal usianya belum genap 20 tahun. Atau layaknya Muhammad Al Fatih yang ketika menaklukkan Konstatinopel, ibukota Romawi Timur, dalam usia 23 tahun. Kita memang tak bisa seperti mereka karena kini kita telah tua, hanya saja jangan sampai kita berputus asa karena kita masih bisa belajar dari mereka tentang kegigihan dalam menggapai cita-cita, kesabaran dalam merentas jalan ke surga dan kesungguhan dalam mewujudkan harapan.

Imam Syafi’i tidak pernah berhenti menuntut ilmu meski telah mendapat kedudukan istimewa di Makkah. Ia pergi ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik, ia juga ke Mesir, Kufah, Baghdad dan kota-kota lainnya. Hingga berpuluh tahun merantau demi ilmu, dia tak pernah berhenti. Dan ia pun berpesan kepada kita semua, “Bepergianlah, kamu pasti akan mendapatkan pengganti apa yang kamu tinggalkan. Berusaha keraslah, karena kenikmatan hidup ada pada kelelahan usaha keras. Aku melihat, air yang berhenti itu merusak dirinya, kalau ia mengalir pasti akan baik, kalau ia berhenti akan buruk. Dan, kalaulah singa tidak meninggalkan tempatnya ia tidak akan mendapat buruan. Demikian juga panah, kalau tidak bergerak meninggalkan busur, dia tidak akan mengenai sasaran.”

Sedang Usamah, meski dijuluki kesayangan dari putra kesayangan karena begitu dicintai Nabi Muhammad saw, ia tidak berhenti dalam berjihad, tak berhenti dalam mengharapkan kesyahidan. Usia 15 tahun ia terjun pada perang Khandaq, usia 18 tahun ia ikut serta pada perang Mu’tah dan belum genap 20 tahun ia memimpin pasukan ke Syam. Dalam jangka waktu 40 hari misinya sukses, berhasil dengan gemilang tanpa satu pun korban. Kita mungkin memang tak bisa seperti dia, tapi kita bisa meneladani tekadnya, mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya. Atau paling tidak bersemboyan seperti semboyannya, “Untuk kemenangan, matilah!”

Bagaimana dengan Al Fatih? Dia yang ketika berusia 10 tahun telah dipercaya untuk menjadi gubernur dan panglima perang di wilayah Amasya. Ketika usianya 14 tahun ia diminta untuk menggantikan ayahnya, Sultan Murad II,  untuk memimpin negara meski hanya sementara. Dan di usia 20 tahun ia benar-benar menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Akhirnya di usia 23 tahun ia berhasil menaklukkan Konstatinopel, ibu kota Romawi Timur. Demikianlah, ia di usia mudanya telah berhasil mewujudkan ramalan Rasulullah setelah sekian lama umat islam menanti-nantikannya. Lingkungan istana tidak membuatnya larut dalam kelenaan dan kesenangan. Kecintaannya pada ilmu membuatnya tumbuh menjadi sosok pemimpin yang mencintai agama dan jihad di jalan-Nya. Kita mungkin tak akan sempat mewujudkan mimpi-mimpi umat yang besar ini di usia yang sama dengan AL Fatih, tapi kita bisa mengambil semangat dan tekadnya yang tergambar pada jawabannya ketika ditanya oleh seorang ibu, kenapa ia mau berpayah lelah membantu pasukannya menyingkirkan salju dan batu-batu, membuat jalan. Ia berkata, “Wahai ibu, pekerjaan berat ini semuanya untuk jalan islam. Apakah anda mengira bahwa kami pantas untuk disebut mujahid jika kami tidak menanggung kesulitan ini di jalan Allah? Wahai ibu, pedang-pedang yang akan kita gunakan ini bukan untuk hiasan atau kesombongan tapi untuk berperang di jalan Allah.”
Dan ketika ia meninggal ia meninggalkan pesan pada putranya, yang salah satu penggalannya berbunyi, “Berharaplah kepada agama, sebab ia adalah rahasia kemenangan kita.”

Dewasa adalah pilihan, maka mana yang akan kita pilih? Berusaha menjadi dewasa seiring  putaran masa atau bertahan dalam kekanakan dengan wajah kita yang kian menua? Semoga kita lebih memahami arti kedewasaan yang sesungguhnya.

Posted in Tulisan-tulisanku | 4 Comments »

Kekayaan di atas Kekayaan…

Posted by tulistulus on February 6, 2009

Tak ada sesuatu kecuali akan binasa
tak ada sesuatu kecuali akan lenyap
Bukanlah kekayaan itu harta yang di tangan
akan tetapi kepuasan jiwa itulah di atas segala kekayaan

(Abul Atahiyah)

Posted in Hikmah-hikmah pendek | Leave a Comment »

Anakku Mutiaraku…

Posted by tulistulus on January 30, 2009

Anakku (1)

Kubelai sepenuh susah sembilan bulan
-dalam kandungan
kuelus sepenuh sakit di kala melahirkan
kubuai sepenuh letih mata terpejam jarang
kutimang sepenuh sabar hadapi
-rengekmu lantang
kudekap sepenuh harap akan hidupmu panjang

Anakku (2)

Bergelayut manja tangan mungilnya
Merajuk mata beningnya
-singgah nyatakan pinta
isak tercekat saat kusajikan
-tolak halus akan inginnya
rengekannya membelit tak bersudah
mencari celah lengah
luluhku demi diamnya
kuturut maunya

Anakku (3)

Lakumu tak lagi kaku, halus
-seiring merambat senja usiaku
dari langkah satu-satu, berubah lincah
menyirat cercah cerah
tumbuhmu pasti, kertas putih itu
telah tertulisi
macam warna pembentuk jiwa
harapku akan pribadimu sempurna
menjadi penyejuk pandangku
menjadi cahaya kuburku dari
doa-doa sholihmu

Posted in sajak-sajak | Leave a Comment »